Rayon Socrates Mengadakan Sekolah Filsafat

Rayon Socrates Komisariat Universitas Pakuan mengadakan kajian rutin dengan mengusung tema “Sekolah Filsafat”. Kajian rutin ini dilaksanakan pada Senin (6/9) melalui Google Meet.

 

Kajian rutin ini dilaksanakan sebagai bentuk rasa keingintahuan para kader tentang apa itu filsafat. Karena sebelumnya kajian mengenai filsafat ini belum terlalu diangkat dan dijadikan topik kajian. Kegiatan kajian kali ini dipandu oleh moderator sahabat Fadil Ismayana. Kajian ini diikuti oleh 25 peserta, dari kader PMII Universitas Pakuan dan mahasiswa secara umum.

Dalam kajian ini, pemateri menyampaikan tentang awal mula filsafat, baik dari yang klasik hingga filsafat islam. Sebagai pemateri hadir sahabat Muliadi sebagai Wakil Ketua II PK.PMII STFI SADRA Cabang Jakarta Selatan sekaligus sebagai pegiat filsafat.

Sahabat Muliadi sebagai pemateri menyampaikan bahwa filsafat secara etimologi philos dan sophos yaitu mencintai kebijaksanaan. Sedangkan secara terminologi merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengetahui kebenaran dan arti “adanya” sesuatu.

 

Ciri-ciri orang yang berfikir filsafat yaitu:

  1. Memiliki kerangka refleksi atau merenungkan segala pikiran dan tindakannya
  2. Dimulai karena rasa keingintahuan
  3. Kritis terhadap sesuatu yang menyangkal atau diragukannya

Sahabat Muliadi menyampaikan bahwa sejarah filsafat pra Socrates diawali dengan adanya pemikiran seorang filsuf, yaitu Thales. Ia mengawali pada abad ke-624 SM dan menyatakan bahwasanya kehidupan ini berasal dari air.

 

Sementara dalam filsafat islam disebutkan setidaknya lima aliran besar, yaitu:

  1. Ilmu kalam (teologi dialektik)
  2. Paripatetik atau biasa disebut dengan filsafatnya Ibnu Sina
  3. Iluminisme (isyraqiyyah)
  4. Sufisme, dan
  5. Filsafat hikmah

Dalam perkembangan filsafat dan keilmuan, tokoh-tokoh dengan pemikiran penting tidak hanya lahir dari Barat, tetapi pemikiran-pemikiran penting juga lahir dari filsuf muslim seperti : Al-Kindi, Ar-Razi, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina, Ibnu Miskawaih, Muhammad Iqbal, Al-Ghazali, Mulla Sdra, Ath-Thusi, Ibnu Thufail, Ibnu Bajjah.

Imam Al-Ghazali yang mendapat gelar “Hujjatul Islam” menegaskan bahwa filsafat dianggap sebagai ilmu yang berbahaya bagi keimanan terutama ketika dipelajari oleh orang-orang awam. Lebih lanjut, Al-Ghazali mengecam keras terhadap tiga kesimpulan para filosof, yaitu keabadian alam, pengetahuan Tuhan sebatas pada yang universal, dan jasad tidak dibangkitkan pada akhir zaman. Menurut Al-Ghazali, tiga kesimpulan itu bisa mengantarkan seorang muslim pada kekafiran.

Rupanya, imam Al-Ghazali telah salah paham terhadap dua dari tiga kesimpulan para filosof tadi. Pertama, mengenai keabadian alam (ke-qadim-an alam). Al-Ghazali menganggap bahwa filosof telah musyrik karena ada dua entitas yang sama-sama qadim, yaitu Tuhan dan alam. Padahal, yang qadim hanyalah Tuhan. Sehingga, beliau menyimpulkan bahwa alam ada dengan sendirinya tanpa membutuhkan Tuhan.

 

Dengan adanya kajian tersebut PMII Universitas Pakuan khususnya Rayon Socrates berharap, kajian ini dapat meningkatkan analisa dan menambah rasa keingintahuannya terhadap ilmu-ilmu baru  contohnya seperti filsafat ini.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.