Bogor, 1 September 2025 — Organisasi Cipayung Plus Bogor yang terdiri dari PMII Pakuan, PMII Cabang Kota Bogor HMI, KAMMI, GMKI, GMNI, dan PMKRI, hari ini menggelar aksi unjuk rasa bertajuk “Refleksi Demokrasi” di pusat Kota Bogor. Aksi ini menjadi bentuk keprihatinan mendalam terhadap memburuknya kondisi demokrasi, meningkatnya kesenjangan sosial, serta praktik kekuasaan yang dinilai semakin menjauh dari aspirasi rakyat.
Dalam orasinya, para mahasiswa menyoroti ketimpangan yang terjadi antara kehidupan rakyat dan elit politik. Kenaikan gaji fantastis anggota DPR RI menjadi salah satu isu utama yang dibawa dalam aksi ini. Para peserta aksi menilai keputusan tersebut sangat tidak etis di tengah krisis ekonomi yang sedang menghimpit masyarakat.
“Ketika rakyat meringkuk dalam kesulitan, harga melambung tinggi, dan lapangan kerja menyempit, kita justru disuguhi kabar gaji fantastis anggota dewan. Ini bukan hanya ironi, tapi penghinaan terhadap jerih payah rakyat,” ujar salah satu orator dari PMII.
Tak hanya itu, sikap arogan dan pernyataan kontroversial beberapa anggota DPR juga dikecam karena dianggap tidak mencerminkan empati dan kepedulian terhadap kondisi rakyat. Aksi ini juga menyoroti tindakan represif aparat keamanan dalam mengawal demonstrasi rakyat, yang dalam salah satu kasus tragis, mengakibatkan meninggalnya seorang pengemudi ojek online karena tertabrak kendaraan taktis polisi.
Tuntutan Mahasiswa: Dari Reformasi Polri hingga RUU Perampasan Aset
Dalam pernyataan sikapnya, Cipayung Plus Bogor menyampaikan tujuh poin utama tuntutan, antara lain:
- Transparansi dan pemangkasan anggaran DPR, termasuk pembatalan tunjangan yang tidak relevan dengan kesejahteraan rakyat.
- Sidang etik oleh Majelis Kehormatan Dewan (MKD) untuk memberhentikan anggota DPR yang membuat pernyataan provokatif dan menghina rakyat.
- Evaluasi dan reformasi struktural maupun kultural terhadap institusi Polri, serta penghentian tindakan represif dalam penanganan aksi massa.
- Pengusutan tuntas terhadap pelaku kekerasan aparat, termasuk kasus kematian warga sipil, dan pembebasan demonstran yang ditahan secara sewenang-wenang.
- Reformasi kebijakan yang menciptakan kesenjangan sosial dengan fokus pada:
- Reformasi sistem perpajakan yang adil.
- Standarisasi gaji guru yang layak.
- Pelaksanaan reformasi agraria sejati.
- Reformasi total kaderisasi partai politik.
- Evaluasi Program MBG (Merah Biru Gratis).
- Pengesahan segera RUU Perampasan Aset untuk pemberantasan korupsi.
Mahasiswa: Penjaga Nurani Demokrasi
Dalam penutup orasinya, perwakilan organisasi menegaskan bahwa aksi ini bukan panggung politik atau pencitraan, melainkan wujud nyata dari kepedulian mahasiswa terhadap masa depan bangsa. Mereka menyatakan siap kembali turun ke jalan dengan jumlah massa yang lebih besar jika tuntutan ini tidak segera direspons oleh pihak terkait.
“Kami mahasiswa tidak akan diam. Kami adalah suara masa depan yang tidak ingin dikhianati. Jika negara tidak mendengar, kami akan terus bersuara, karena tanpa keadilan, demokrasi hanya tinggal nama,” tegas salah satu peserta aksi dari GMNI.
Aksi berlangsung dengan damai dan tertib, dengan pengawalan aparat keamanan. Meski sempat terjadi orasi keras, seluruh rangkaian aksi berakhir dengan pembacaan pernyataan sikap dan doa bersama untuk korban yang gugur akibat represivitas negara.
Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia! Hidup Perempuan yang Melawan!
Penulis : Muhamad Fadhil Ismayana
Editor : Admin