PENCEMARAN TANAH OLEH TELUR DAN LARVA SOIL-TRANSMITTED HELMINTHS
Muhammad Fadhil Ismayana (037119002)
Abstrak
Cacingan merupakan masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan (WHO, 2013). Cacingan merupakan infeksi parasit berupa masuknya cacing kedalam tubuh manusia sehingga menimbulkan berbagai kelainan fungsi dan anatomis tubuh manusia. Cacingan merupakan penyakit di daerah tropis yang bisa ditularkan melalui tanah dan menyebabkan infeksi di rongga usus yang dapat mengakibatkan kehilangan karbohidrat, protein, dan kehilangan darah dan disebabkan karena kurangnya kebersihan diri dan sanitasi yang buruk (Kemenkes, 2012). Penyakit cacingan ini memiliki dampak bagi penderitanya, cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut.
Pendahuluan
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan pendidikan kesehatan. Meningkatnya kesehatan masyarakat dapat pula meningkatkan angka harapan hidup dan bisa digunakan untuk melihat kesejahteraan masyarakat Indonesia (Notoadmojo, 2007).
Cacingan merupakan penyakit di daerah tropis yang bisa ditularkan melalui tanah dan menyebabkan infeksi di rongga usus yang dapat mengakibatkan kehilangan karbohidrat, protein, dan kehilangan darah dan disebabkan karena kurangnya kebersihan diri dan sanitasi yang buruk (Kemenkes, 2012). Penyakit cacingan ini memiliki dampak bagi penderitanya, cacing sebagai hewan parasit tidak saja mengambil zat-zat gizi dalam usus, tetapi juga merusak dinding usus sehingga mengganggu penyerapan zat-zat gizi tersebut. Anak–anak yang terinfeksi cacing biasanya mengalami lesu, anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk-batuk. Selain itu anak yang menderita cacingan maka akan meningkatkan gejala dari penyakit dan dapat membuat kehadiran anak disekolah menurun, secara tidak langsung hal ini bisa menyebabkan berkurangnya sumber daya manusia. (Arlianti R dan Rosso, 2009).
Hal ini dikarenakan mudahnya penularan cacing pada kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Faktor utama transmisi telur cacing ke manusia diantaranya adalah higiene yang buruk. Perilaku hidup tidak sehat seperti tidak mencuci tangan, tidak memakai alas kaki, dan tidak memotong kuku dapat menjadi sumber masuknya cacing ke dalam tubuh. Telur cacing yang terdapat di bawah kuku dapat masuk ke dalam mulut bersama makanan dan larva infektif cacing dapat menembus kulit manusia apabila berkontak langsung dengan tanah (Nurdian, 2006). Kondisi sosio-ekonomi rendah seperti tempat tinggal kumuh, rendahnya pendidikan, rendahnya pendapatan keluarga, padatnya penghuni rumah, dan buruknya akses mendapatkan air bersih dapat meningkatkan resiko terjadinya cacingan. Beberapa hewan peliharaan juga menunjukkan bahwa mereka dapat membantu penyebaran telur Ascaris, Ancylostoma dan Thrichuris secara mekanik. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penularan telur STH diantaranya adalah pekerjaan dalam bidang pertanian, kepemilikan hewan ternak, dan konsumsi lalapan mentah dengan menggunakan tinja manusia sebagai pupuknya (Campbell et al., 2016).
Penyakit cacingan tidak selamanya dapat menyerang anak usia sekolah, beberapa cara pencegahan dapat dilakukan seperti, dengan berolah raga secara teratur, menggunakan alas kaki jika berjalan, mencuci buah-buahan dengan air bersih sebelum dimakan, menggunakan toilet untuk defekasi atau buang air kecil, menjaga kuku tetap pendek dan bersih, meminum air yang bersih, dan menjaga air minum dari lalat, mencuci tangan dengan sabun setelah menggunakan toilet, mencuci tangan dengan sabun sebelum makan (Lestari, 2014).
Berbagai kegiatan telah dilakukan dalam upaya pengendalian cacingan di Indonesia, diantaranya pencanangan program pemberantasan cacingan pada anak sekolah dasar dengan program pemberian obat cacing Albendazol untuk anak sekolah dan balita, hal ini dilakukan dari pemerintah minimal 1 kali tiap tahun (Kemenkes, 2012).
Metode Penelitian
- Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif observasi, yaitu metode penelitian yang berfungsi untuk mendeskripsikan gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel sebagaimana adanya (Sugiyono, 2017). Peneliti menggunakan pendekatan atau desain studi cross sectional dimana pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Pratiknya, 2011).
- Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember dan Laborarium Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Penelitian ini dilakukan pada bulan November-Desember 2017.
- Populasi dan Sampel penelitian
- Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti sifat yang dimiliki subjek atau objek tersebut (Sugiyono dalam Hidayat, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tanah rumah penduduk dan tanah perkebunan Kalijompo yang berada di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember.
- Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Pratiknya, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah tanah yang ada di rumah penduduk dan tanah yang ada di area perkebunan Kalijompo.
- Besar Sampel
Besar Sampel Dalam menentukan besarnya sampel peneliti telah menggunakan metode pengambilan sampel secara cluster random sampling. Jumlah sampel dihitung dengan rumus :
s =
Keterangan :
s = Jumlah sampel
= Chi kuadrat yang harganya tergantung derajat kebebasan dan tingkat Kesalahan. Harga Chi kuadrat untuk kesalahan 1% = 6,634 dan 10% =2,706
N = Jumlah populasi
P = Peluang benar (0,5)
Q = Peluang salah (0,5)
d = Perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi. Perbedaan bisa 0,01; 0,05; dan 0,10 (Sugiyono, 2017). Berdasarkan rumus tersebut dengan populasi yang berjumlah 1760 KK, tingkat kesalahan 10% dan perbedaan antara rata-rata sampel dengan rata-rata populasi = 0,10 kemudian dimasukkan dalam rumus Isaac dan Michael diatasyang selanjutnya dapat dihitung.
s =
s =
s = 65 sampel
Besar sampel minimal yang diperlukan adalah 65 sampel tanah. Peneliti kemudian menambahkan jumlah sampel sehingga dalam penelitian ini diperlukan sebanyak 70 sampel tanah. Sampel tanah tersebut akan diambil pada tanah rumah penduduk dan tanah area perkebunan Kalijompo dengan perbandingan 1:1. Oleh karena itu, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 35 sampel dari tanah rumah penduduk dan 35 sampel dari tanah area perkebunan Kalijompo.
- Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling, yaitu
pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen maka diambil secara random
kemudian didapatkan sampel yang representatif (Hidayat, 2015).
- Jenis dan Sumber Data
- Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data
primer adalah data yang didapatkan secara langsung melalui sumber utamanya
(Swarjana, 2016).
- Sumber Data
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil
pemeriksaan laboratorium pencemaran tanah oleh Soil-transmitted Helminths
dengan menggunakan modifikasi metode Suzuki.
- Instrumen Penilaian
- Alat Penelitian
Alat yang digunakan untuk identifikasi pencemaran tanah oleh telur dan
larva Soil-transmitted Helminths dengan pemeriksaan laboratorium antara lain
skrap, kantong plastik, label, sentrifuge, tabung sentrifuge, object glass, cover
glass, gelas ukur, saringan kawat kassa, mikroskop, batang pengaduk, corong,
timbangan, dan rak tabung.
- Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah, larutan
aquadest, serta larutan MgSO4 BJ 1.260 (282 gram/liter Aquadest).
- Prosedur penilaian
- Uji Kelayakan Etik
Peneliti mengajukan permohonan ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Jember agar dapat melakukan penelitian.
- Cara Kerja
Sampel tanah diambil secara acak di area Perkebunan Kalijompo dan rumah penduduk di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember. Sampel tanah yang digunakan adalah top soil. Tanah diambil dari permukaan (kedalaman tidak lebih dari 3 cm pada area tanah yang luasnya kira-kira 30 cm x 30 cm) (Nurdian, 2004). Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lokasi yang dicurigai memiliki tingkat kontaminasi Soil-transmitted Helminths tertinggi diantaranya pada tanah halaman belakang rumah yang digunakan sebagai jamban (kamar mandi), tanah tempat kandang ternak, serta tanah di sekitar selokan/parit atau tempat pembuangan sampah.
Sampel diambil menggunakan skrap sebanyak kurang lebih 5 gram, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel tanah dalam pot ini lalu disimpan dalam kotak pendingin dan dibawa ke Laboratorium Parasitologi untuk pemeriksaan selanjutnya. Pengiriman contoh uji tanah ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari satu hari, dan dalam perjalanan hendaknya suhu tidak terlalu panas (tidak langsung terkena sinar matahari) (Ching, 2010). Prosedur Pemeriksaan Laboratorium. Cara Modifikasi Metode Suzuki (Arrasyid dalam Samad, 2009) Teknik pemeriksaan :
- Sampel 2 gram dilarutkan dengan 10 ml air kran. Lalu, sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse melalui saringan teh yang dilapisi kain kassa basah.
- Tabung disentrifuse selama 2 menit dengan kecepatan 2000 RPM.
- Supernatan dibuang dengan hati-hati dan pada sedimen ditambahkan 10 ml larutan MgSO4 jenuh. Kemudian, tabung sentrifuse dikocok dengan baik
sampai larut.
- Tabung disentrifuse kembali dengan kecepatan 2500 RPM selama 5 menit.
- Tabung sentrifuse tersebut kemudian ditambahkan larutan MgSO4 kembali dengan hati-hati sampai penuh/concave tanpa melimpah.
- Tabung sentrifuse ditutup secara vertical dengan cover glass.
- Tunggu 45-60 menit lalu angkat cover glass secara vertikal dan letakkan pada object glass untuk segera diperiksa.
- Preparat sampel tanah diperiksa dengan mikroskop menggunakan perbesaran 100x dan 400x oleh dua orang pemeriksa.
- Hasil yang didapatkan dikonsultasikan kepada minimal dua orang ahliyang lebih kompeten dalam bidang parasitologi.
- Alur Penelitian
- Permohonan Etik Penelitian
- Permohonan Izin penelitian di Desa Klungkung dan Perkebunan Kalijompo
- Pengambilan sampel tanah= rumah peduduk dan perkebunan
- Uji tanah dengan pemeriksaan laboratorium
- Angka kontaminasi tanah
- Pengolahan dan analisis data
- Hasil
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada sampel tanah di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember yang berasal dari tanah perumahan penduduk dan tanah perkebunan didapatkan hasil sebagai berikut :
- Terdapat tiga jenis telur STH yang ditemukan pada sampel tanah di Desa Klungkung yaitu telur Ascarid, Hookworm, dan Trichuris sp. Sedangkan untuk larva STH, terdapat dua jenis larva yang ditemukan yaitu larva Hookworm dan Strongyloides sp.
- Persentase dan kepadatan kontaminan telur STH pada sampel tanah di Desa Klungkung yang berasal dari perumahan penduduk secara berturut-turut adalah telur Ascarid (22,86%) dan 4.0 butir/2 gram tanah, Trichuris sp (20%) dan 3.5 butir/2 gram tanah serta Hookworm (2,86%) dan 0.5 butir/2 gram tanah. Pada perkebunan Kalijompo ditemukan telur Ascariddan telur Hookworm yang sama-sama memiliki persentase kontaminan (3%) dan kepadatan 0.5 butir/2 gram tanah.
- Persentase dan kepadatan kontaminan larva STH pada sampel tanah di Desa Klungkung yang berasal dari perumahan penduduk secara berturut-turut adalah larva Hookworm (65,71%) dan 11.5 larva/2 gram tanah sertalarva Strongyloides sp (17,14%) dan 3.0 larva/2 gram tanah. Pada perkebunan Kalijompo ditemukan larva Hookworm (14,29%) dan 2.5 larva/2 gram tanah serta larva Strongyloides sp (5,71%) dan 1.0 larva/2 gram tanah.
- Spesies telur STH tertinggi di Desa Klungkung yang mengontaminasi tanah perumahan penduduk dan area perkebunan adalah telur Ascarid dengan persentase sebesar 25,71%. Spesies larva STH tertinggi yang mengontaminasi adalah larva Hookworm dengan persentase sebesar 40%.
Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah, serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah dengan tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Cara penanganannya
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza (vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur, dan sebagainya.