Profil Pengarang
Pengarang dengan nama Risma Puspita Sari,
kelahiran Cianjur, 22 Oktober 2002. Dia adalah
anak pertama dari 2 bersaudara, ia terlahir dari
keluarga sederhana, ayahnya bekerja sebagai
buruh tani dan ibu sebagai Ibu rumah tangga. Ia
memiliki cita-cita ingin menjadi seorang Guru.
Ketika berumur 4 tahun, ia sudah memulai pendidikan pertamanya di TK Tunas
Harapan,Cugenang. Kemudian setelah 1 tahun di TK ia melanjutkan pendidikan nya di
SDN Kembang Manis 2, setelah lulus SD ia melanjutkan pendidikan nya di SMPN 3
Cugenang, setelah 3 tahun di SMP ia melanjutkan pendidikan nya di SMKN 2 Cilaku-
CIANJUR.
Sebentar lagi ia akan lulus SMK dan melanjutkan nya ke jenjang perguruan tinggi ,dan sekarang sudah kuliah di perguruan tinggi ternama di kota bogor Universitas Pakuan.
untuk menggapai cita-citanya. @rismapuspitasari123@gmail.com. No telepon
089659627795.
ADA PASANG TURUN NAIK
Inilah kisahku……..
Namaku Sintia,usiaku 17 tahun dan memiliki sepasang adik kembar bernama Rina dan
Rani yang berusia 5 tahun, dan Faris adik kami yang paling kecil berusia 2 tahun. Ibuku
bernama Yanti, ibu hanya seorang penjual gorengan keliling. Dan bapak ku Sumitro,
bekerja sebagai buruh tani yang upahnya gak seberapa. Aku mempunyai 5 orang teman,
Yuli, Siska, Deni, Arya, dan Riyan. Kami berenam sudah berteman sejak SMA. Diantara
mereka akulah yang kurang dari segi ekonomi, tapi mereka tidak pernah
mempermasalahkan kekuranganku. Diantara kami, akulah yang paling pinter dari segi
materi. Sejak dulu kami sudah merencanakan, setelah lulus SMA kami ingin masuk
disalah satu Universitas Negeri Jakarta. Berkat kepintaranku, aku bisa mendapatkan
beasiswa tanpa membebani orang tua. Sekarang aku dan kelima temanku disatukan
kembali di kampus impian kami. Hanya saja kami mengambil Fakultas dan jurusan yang
berbeda, hanya aku dan Riyan memilih jurusan yang sama.
*****
Hari ini tepatnya pada siang hari aku dan kelima temanku sedang berjalan-jalan di salah
satu taman dekat kampus sambil melihat pemandangan Bungan-bunga cantik di sekitar
taman. Tidak terasa waktu pun menunjukan pukul 13:00, aku dan Riyan pun
memisahkan diri dari yang lain karena jam kuliah pun akan segera dimulai, sedangkan
Siska, Yuli, Deni dan Arya menunggu kami berdua di taman. Karena mereka berempat
hari ini kebagian jadwal jam pagi. Setelah perkuliahan selesai kira-kira pukul 17:00 aku
dan Riyan segera menemui teman-teman yang sudah dari tadi menunggu kami berdua.
Setelah berkumpul semua Siska mengatakan sesuatu
‘’Guys………..laper nihhh……kita makan di café baru bunda ku yukk…… tenang aja
harganya dijamin murah dan enak-enak lohhhhhhh’’. Ajak Siska
Yuli, Deni, Arya dan Riyan pun menjawab ajakan itu
‘’Ayo,ayo,ayo….kayaknya seru tuh’’. Jawab mereka serentak
Kemudian Riyan pun menyanggah pembericaraan sebelumnya
‘’sekarang giliran aku kan yang bayarin Sintia makan ?’’.
Tiba-tiba Yuli mengatakan sesuatu
‘’Discon gede-gedean nih…..hehehehehehe’’. sedikit bercanda
Siska pun hanya tersenyum tipis pada Yuli, sambil menjawab candaan Yuli itu
‘’Ahh dasar pemburu discon … hahahahha’’. Sambil sedikit meledek
Dari banyaknya percakapan mereka aku hanya diam menyimak, karena aku malu jika
harus dibayarin lagi sama mereka. Tiba – tiba Deni menegurku sambil penepuk pundak
ku
‘’kamu kenapa sin ? dari tadi kok diam saja sakit gigi ya…hehehe’’. Goda Deni
Akupun menjawab pertanyaan Deni
‘’Hmmmmmmmmm, aku gapapa kok Den, Cuma sedikit kurang enak badan’’. Jawabku
Sebenarnya itu Cuma alasanku saja karena aku bingung harus jawab apa. Deni pun
menjawab kembali dengan nada yang kelihatannya khawatir
‘’ Beneran nih Sin, kamu gapapa ? kita semua khawatir sama kamu lohh, engga biasanya
kamu begini’’.
Aku kembali berpikir apa yang harus aku katakan dan alasan apalagi supaya aku bisa
pulang dan tidak ikut dengan mereka.
‘’serius guys aku gapapa kok’’.
Dengan raut sedih dan sedikit kecewa akupun berkata kembali.
‘’ teman-teman maaf ya kali ini aku gak bisa ikut, badanku sakit-sakit aku mau istirahat’’.
Yuli pun menjawab dengan nada yang sedikit kesal
‘’Yasudah dehh kalau kamu bener-bener sakit, kami juga gak bisa maksain kamu kalau
kamu sakit nanti kita yang disalahin, kalau begitu kamu hati-hati ya di jalan, jangan lupa
minum obat,istirahat yang cukup’’.
Pada saat aku itu Riyan mengatakan sesuatu
‘’Yahh sin gimana sihh sekarang kan giliran aku yang bayarin kamu kok kamu gak ikut
sihh?’’ gerutu Riyan padaku
‘’Hehehehehe…..maaf…..bukannya aku gak mau ikut tapi badan aku yang kurang
mendukung,mungkin lain waktu dehh’’ jawabku
Yuli pun menjawab gerutuan Riyan
‘’Yaudahh sihh yan jangan di paksa, kalau Sintia kenapa-napa di jalan gimana kamu mau
tanggu jawab?’’. Dengan nada sedikit marah
Akupun menyanggah percakapan mereka
‘’udah-udah kok kalian jadi berantem sihh…lagian kan baru kali ini aku gak ikut, lain
waktu deh aku ikut, yaudah gihh sana kalian berangkat aku juga mau pulang mau
istirahat’’. Jawabku sedikit kesal
Riyan pun menjawab
‘’heheheheh… iya iya maaf…. Yaudahhh dehh kamu hati-hati ya di jalan’’.
Semua temanku mengatakan
‘’dadahhhh Sintia’’. Dengan kompak
Akupun pergi meninggalkan teman-teman, disepanjang perjalanan aku sempat berfikir.
‘’( kenapa aku terlahir dikeluarga seperti ini, aku ingin seperti mereka yang punya
segalanya, semua yang diinginkan selalu terlaksana mungkin hidupku akan selalu
bahagia ) ‘’.
*****
Sesampainya dirumah tercium aroma wangi masakan kekusakaanku, ibu selalu
memasak makanan yang sangat enak untuk keluarga kami, saat ini ibu sedang
menyiapkan makanan untuk makan malam. Setelah semuanya selesai mandi dan sholat
magrib keluargaku selalu berkumpul di dapur. Ketika aku sedang menyiapkan minum
untuk bapak, ibu memanggilku.
‘’Sintia…..hari ini kamu pasti capek dan malam ini kamu harus makan banyak karena ibu
sudah masakin makanan kesukaanmu tumis kangkung terasi, sambal dan pindang
goreng’’. Kata ibu
Heheheheh itulah makanan kekusakaanku. Menurut keluargaku makanan ini adalah
makanan yang sudah cukup mewah. Melihat momen seperti ini makan bersama,
tertawa bahagia seakan-akan semuanya tidak ada masalah. Mungkin ini kebahagiaanku.
Meskipun aku tidak seperti mereka bisa makan makanan yang mewah di restoran tapi
aku masih bisa merasakan masakan ibu yang sangat enak melebihi makanan yang
restoran, meskipun aku tidak tinggal dirumah mewah tapi aku masih bisa merasakan
kehangatan dari sebuah gubuk kecil yang didalamnya terdapat kasih sayang yang sangat
tulus dari satu sama lain. Harta dan kekayaan bisa saja dicari tetapi kehangatan dan
kebahagian dalam keluarga sulit untuk didapatkan. Setelah selesai makan bapak pun
menasehati kami
‘’Neng, Jang hampura bapak jeng ibu teu bisa mere nanaon salian ti Do’a , meskipun
urang jalma teu boga tapi tetep kudu loba bersyukur, inget pesen ti bapak mah kur hiji
hirup mah tong tangah ka luhur’’. Ucap bapak
Heheheheh maklumlah bapakku orang sunda, kalau dirumahpun kami sering
menggunakan bahasa sunda.
*Beberapa bulan kemudian*
Seperti biasa setelah kami selesai kuliah, kami berkumpul di taman dekat kampus. Pada
hari itu Siska terlihat sangat pucat dan seperti orang yang lagi banyak masalah. Akupun
bertanya kepada siska
‘’Sis kamu kenapa ? tidak biasanya kamu seperti ini, apa kamu lagi sakit ? ‘’. Tanya ku
Dan Siska pun mulai bercerita kepada kami masalah yang dihadapinya. Ternyata dari
semua harta yang dimiliki keluarganya Siska 100% milik bundanya Siska. Bundanya Siska
merintis dari nol usaha kulinernya itu sampai sekarang mempunyai cabang dimana-
mana. Ayahnya Siska hanya seorang pegawai pabrik biasa yang gaji nya tidak seberapa
tetapi semenjak menikah dengan bundanya Siska hidupnya menjadi mewah sebab
semua keuangan keluarga Siska dipegang semua oleh ayahnya. Dan sekarang semua
harta yang bundanya bangun dari nol dibawa kabur oleh ayahnya, dan lebih memilih
menikahi wanita lain. Tak hanya itu Siska dan bundanya pun di usir dari rumah yang
dibeli dengan uang hasil keringan bundanya.
Setelah kami mendengarkan cerita Siska, kami pun ikut sedih. Siska hanya bisa
menangis. Kami semua memberi semangat, dukungan kepada siska agar bisa lebih
ikhlas,tegar dan menerima kenyataan meskipun itu benar-benar sulit. Kami pun
mengantarkan Siska pulang ke rumah sodaranya karena takut terjadi apa-apa. Setelah
mengantarkan Siska pulang ke rumah sodaranya kami pun berpisah pulang kerumah
masing-masing.
*****
Selama diperjalanan pulang seketika aku teringat nasehat bapak
‘’hirup mah tong tangah kaluhur’’.
Dan dari kejadian hari ini aku menyadari bahwa kebahagian sesungguhnya tidak bisa
diukur dengan harta ataupun materi, tapi dengan kita banyak bersyukur dan
mendapatkan kasih sayang yang tulus dalam keluarga dan juga dengan kesederhanaan
yang menurutku itu adalah kebahagiaan yang sangat luar biasa. Karena semua yang kita
punya hanyalah titipan. Dan akhirnya aku mengerti dengan kehidupan ini Ada pasang
turun Naik, bahwa kehidupan didunia tidak ada yang abadi, semua senantiasa silih
berganti. Siapa tau setelah aku lulus kuliah nanti aku bisa mengangkat martabat
keluarga, karena didunia ini tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mampu untuk
menggapainya.
- KITA HEMAT BUMIPUN SELAMAT - 7 September 2021
- ADA PASANG TURUN NAIK - 4 September 2021
Mantap lanjutkan menulisnya